MODEL-MODEL PENILAIAN
A.
Model-Model Penilaian dan Hakikatnya
Menurut Sudjana (1989:5) dilihat dari
fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilain formatif,
penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian
penempatan.
1. Penilaian
formatif
Peniaian formatif adalah penilaian yang
dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian
formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian formatif
diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaannya. Menurut Arifin (2013:35) hasil penilaian formatif ini bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
a. Manfaat
bagi guru, antara lain:
1)
guru akan mengetahui
sejauh mana bahan pelajaran dikuasai oleh peserta didik. Jika guru mengetahui
tingkat keberhasilan kelompok peserta didik dalam menguasai materi pelajaran,
maka guru dapat membuat keputusan, apakah suatu materi pelajaran itu perlu
diulang atau tidak. Jika harus diulang, guru juga harus memikirkan bagaimana
strategi pembelajaran pembelajaran yang akan ditempuh, apakah pembelajaran
kelompok/kelas, individual atau keduanya
2) guru
dapat memprakirakan hasil penilaian sumatif. Penilaian formatif merupakan
penilaian hasil belajar dari kesatuan-kesatuan kecil materi pelajaran,
sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian hasil belajar dari keseluruhan
materi yang sudah disampaikan. Dengan demikian, beberapa hasil penilaian
formatif dapat dipergunakan sebagai bahan untuk memperkirakan penilaian
sumatif.
b. Manfaat
bagi peserta didik, antara lain:
1)
dalam belajar
berkelanjutan, peserta didik harus mengetahui susunan tingkat bahan-bahan
pelajaran. Penilaian formatif dimaksudkan agar peserta didik dapat mengetahui
apakah mereka sudah mengetahui susunan tingkat bahan pelajaran tersebut atau
belum
2)
melalui penilaian
formatif peserta didik akan mengetahui butir-butir soal mana yang sudah
betul-betul dikuasai dan butir-butir soal mana yang belum dikuasai. Hal ini
merupakan balikan (feed back) yang
sangat berguna bagi peserta didik, sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana
yang harus dipelajari kembali secara individual.
2. Penilaian
sumatif
Penilaian
sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu catur
wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil
yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan kurikuler dikuasai
oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses (Sudjana, 1990: 5).
Penilaian
sumatif adalah jenis penilaian yang berfungsi untuk menentukan angka kemajuan
atau hasil belajar siswa. Penilaian sumatif dilakukan untuk menilai hasil
belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar pada akhir unit
pendidikan yang luas seperti pada akhir program pengajaran (raasih65.blogspot.com).
3. Penilaian
diagnostik
Penilaian
diagnostik yaitu
penilain yang dilakukan terhadap hasil penganalisisan tentang keadaan belajar
peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses belajar (yandi-herlambang.blogspot.com). Penilaian ini dilaksanakan untuk
keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus, dan lain-lain. Soal-soal
tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi
oleh para siswa.
4. Penilaian
selektif
Penilaian
selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya
ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
5. Penilaian
penempatan
Penilaian
penempatan diguankan untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan (Arikunto, 2005). Setiap
siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sediri, sehigga pembelajaran
akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan siswa. Akan tetapi,
disebabkan karena keterbatasan sarana, prasarana, dan tenaga, pembelajaran yang
bersifat indifidual kadang-kadang sulit untuk dilaksanakan. Pendekatan yang
lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pembelajaran secara
kelompok. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yag sama akan berada
dalam kelompok yang sama dalam belajar.
B. Tujuan dari Model-model Penilaian dalam Pendidikan
Dalam setiap model penilaian
selalu ada tujuan yang akan dicapai dan fungsi dari model penilaian itu dalam
pendidikan. Berikut akan diuraikan tujuan dari model-model penilaian dalam
pendidikan.
1. Penilaian formatif
Penilaian formatif dimaksudkan untuk
memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung,
untuk memberikan balikan (feed back)
bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta
didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. soal-soal penilaian
formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung pada tugas-tugas
belajar (learning tasks) dalam
program pembelajaran yang akan dinilai.
Tujuan utama penilaian formatif menurut
Arifin (2013:35) adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Penilaian formatif sesungguhnya
merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referended
assessment). Apa yang dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang
diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai penilaian
formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk
menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Kiranya lebih tepat jika
penilaian pada akhir satuan pelajaran itu dipandang sebagai penilaian
sub-sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses pembelajaran, maka maksud
itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program
tahun berikutnya.
2. Penilaian
Sumatif
Penilaian sumatif bertujuan menentukan
angka kemajuan belajar siswa, untuk
itu tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Perbandingan jumlah yang mudah,
sedang dan sukar sebaiknya 3:5:2. Perbandingan tersebut tidak harus mutlak
demikian. Dalam masalah tingkat kesukaran soal yang selalu harus diperhatikan
ialah, jumlah soal-soal yang sedang harus lebih banyak dari pada jumlah
soal-soal yang mudah dan sukar (raasih65.blogspot.com).
Fungsi tes sumatif tidak lagi untuk
memperbaiki proses pembelajaran setiap siswa. Sebab pada akhir program
pengajaran, guru telah berkali-kali melakukan evaluasi formatif pada akhir satusan
pengajaran. Oleh karena itu aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi
kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan) dan afektif (sikap nilai).
3.
Penilaian Diagnostik
Penilaian diagnostik adalah
penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan siswa serta faktor
penyebabnya. Penilaian ini juga
bertujuan membantu kesulitan atau mengatasi
hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada
suatu bidang study atau keseluruhan program pembelajaran (yandi-herlambang.blogspot.com).
Penilaian
diagnostic berfungsi
untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau
mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan,
atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang study.
Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.
4. Penilaian Selektif
Menurut
Arikunto (2005: 10), dengan cara
mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai tujuan antara lain:
a.
Untuk memilih siswa yang dapat
diterima di sekolah tertentu.
b.
Untuk memilih siswa yang dapat naik
ke kelas atau tingkat berikutnya.
c.
Untuk memilih siswa yang seharusnya
mendapat beasiswa.
d.
Untuk memilih siswa yang sudah berak
meninggalkan sekolah dan sebagainya.
5. Penilaian Penempatan
Penilaian
penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan
prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar
seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.
Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk
menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa (Sudjana, 1990: 5).
C. Bentuk Penilaian dari Model-Model Penilaian
1. Bentuk Penilaian
Formatif
a. Prosedur
Penilaian Formatif
Untuk
memastikan bahwa penilaian formatif berjalan efektif, maka perlu melakukan
prosedur berikut:
1)
Menentukan materi
pengajaran
Guru
perlu menentukan materi pengajaran yang harus diselesaikan dalam satu tahun
akademik. Langkah yang terbaik adalah menyusun materi berdasarkan tingkat
kompleksitas. Sebelum beralih ke materi lain, guru perlu mengadakan ujian
formatif untuuk menilai penguasaan pelajar atas materi yang telah diajarkan.
2)
Menentukan aspek dan tahap penguasaan
Guru perlu
menentukan aspek-aspek tertentu bagi setiap materi pengajaran yang perlu
dikuasai pelajar. Setelah aspek-aspek ditentukan, maka guru perlu pula
menentukan tingkat penguasaan pelajar terhadap aspek-aspek yang ditentukan itu.
Misalnya, apabila 75% hingga 85% pelajar menguasai suatu materi, maka dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan siswa telah menguasai materi dimaksud.
3)
Mengaitkan komponen-komponen materi
pengajaran
Guru perlu
menyusun komponen-komponen yang terdapat dalam setiap materi pengajaran
berdasarkan taksonomi objektif pengajaran.
4)
Menyusun soal ujian
Penyusun naskah
soal ujian berdasarkan materi yang telah diajarkan.
5)
Menyiapkan langkah-langkah tindak
lanjut
Ketika siswa
masih lemah dalam suatu materi, sebagai tindakan susulan, guru perlu mengulang
semua materi, atau mengubah pendekatan pengajaran agar pelajar dapat menguasai
materi tersebut.
b.
Teknik Penilaian Formatif
Dalam penilaian formatif terdapat berbagai macam teknik
yang dapat digunakan sebagai penilaian formatif. Teknik-teknik tersebut dapat
dibagi ke dalam tipe tertulis dan tidak tertulis sebagai berikut.
1)
Tertulis
a) Ujian
b) Esai
c) Portofolio
d) Penilaian mandiri
2)
Tidak tertulis
a) Pertanyaan
b) Observasi
c) Wawancara
d) Presentasi
c. Prinsip Penilaian Formatif
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang dan melaksanakan penilaian
formatif adalah sebagai berikut:
1) Komprehensif
2) Progresif dan
terintegrasi dengan baik ke dalam aktivitas di dalam kelas
3) Sesuai dengan
tujuan, outcome kompetensi yang mereka inginkan untuk dinilai.
4) Jelas,
bermanfaat, tidak anbigu.
5) Objektif.
6) Konsistensi
atas tujuan yang ingin dicapai.
7) Waktu yang
cukup.
d. Karakteristik Penilaian Formatif
1) Memberikan
petunjuk apa yang siswa dan guru harus lakukan pada pertemuan berikutnya untuk
menjadi lebih bermakna.
2) Memberikan
masukan bagi guru dan siswa atas kinerja, kekuatan dan kelemahan mereka saat
ini sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
3) Bagian
dari integral dari proses belajar mengajar sehari-hari.
4) Dirancang
untuk positif, bermanfaat serta memotivasi guru dan siswa.
2. Bentuk Penilaian Sumatif
Penilaian
sumatif dilakukan pada akhir program pengajaran ini berarti, bahan pengajaran
yang menjadi sasaran evaluasi cukup luas dan baik. Oleh sebab itu, penyusunan
soal-soalnya harus didasarkan atas tujuan-tujuan pembelajaran umum yang ada di
dalam program pengajaran. Sehubungan dengan itu soal-soalnya harus
representatif atau mewakili setiap tujuan-tujuan pembelajaran umum yang ada di
dalam program mengajar tersebut.
Pada
penilain sumatif ini perlu pula diperhatikan mengenai daya pembedaan dari
setiap bukti soal. Artinya setiap bukti soal tes itu harus mempunyai daya untuk
membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang atau tidak pandai.
Tingkat kesukaran dan daya pembedaan suatu soal itu hanya dapat diketahui
melalui analisis butir soal setelah tes itu diuji cobakan. Pada penilaian
sumatif kedua pendekatan dalam penilaian dapat digunakan (penilaian yang
bersumber padaa kriteria mutlak dan penilaian yang bersumber pada norma relatif
(raasih65.blogspot.com)
3. Bentuk Penilaian
Diagnostik
Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian diagnostic termasuk
hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya, serta semua
aspek yang berkaitan dengan kegiattan pembelajaran. Waktu pelaksanaan tes diagnostik ini,
sesuai dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya (yandi-herlambang.blogspot.com).
4. Bentuk Penilaian Selektif
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai
dasar mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam
suatu proses selektif. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini
maka haruslah digunakan alat penilaian yang tepat, yaitu tes yang dapat
meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam meramalkan keberhasilan
atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan
dengan risiko yang terendah. Sekolah dapat menggunakan hasil penilaian untuk
menyeleksi:
a. Siswa
yang dapat diterima di sekolah maupun yang ditolak.
b. Siswa
yang dapat naik kelas maupun yang tinggal kelas.
c. Siswa
yang dapat memperoleh beasiswa maupun bantuan lainnya.
d. Siswa
yang berhak lulus sekolah, dan sebagainya.
Dilihat dari segi ini acap kali tes
seleksi yang dilakukan hanya sekadar untuk memisahkan orang yang akan diterima
dari orang yang akan ditolak. Bukan untuik memperoleh calon yang paling besar
kemungkinan berhasil dalam pekerjaan atau program yang akan dilakukan.
5. Bentuk Penilaian Penempatan
Penilaian
penempatan memegang peranan penting dalam membantu mengelompokkan siswa sesuai
dengan kemampuannya. Dengan melaksanakan penilaian penempatan dapat diperoleh kelompok peserta program dengan kemampuan
yang relative homogen sehingga program dapat dilaksanakan dengan lebih efektif
dan efisien. Bagi program-program yang kelompok pesertanya mempunyai kemampuan
di atas rata-rata sudah tentu akan dapat menghasilkan keluaran lebih cepat dan
lebih berkualitas. Tetapi bagi program-program yang kelompok pesertanya
mempunyai kemampuan di bawah rata-rata maka penyelenggaraan program perlu
menggunakan berbagai macam metode penyampaian serta dapat memilih alat bantu
yang tepat sehingga seluruh peserta program tetap dapat mempunyai tujuan
program yang telah ditetapkan (Suryanto, 2012).
Menurut Suryanto (2012) secara ringkas, hasil dari penilaian penempatan
berguna untuk:
a.
Menggambarkan
kompetensi akademik calon peserta didik pada materi ajar tertentu dan kompetensi atau keterampilan
kecakapan hidup yang telah dikuasai.
b.
Menentukan kebutuhan
pembelajaran selanjutnya pada materi ajar dan
bidang keterampilan tertentu
berdasarkan kompetensi akademik
dan kompetensi kecakapan hidup yang sudah dimiliki pada materi ajar yang
bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Albahanjiey,
Suhaimi. 2011. Sumatif dan Formatif.
Tersedia pada http:/ :/kelebihan%20dan%20kekurangan%20formatif.htm. Diunduh
pada tanggal 3 Maret 2014.
Arifin,
Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran
Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto,
Suharsimi .2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.
Fuadi Moh Zen. 2011. Merancang dan Melaksanakan Penilaian
Formatif. Tersedia pada http://prosedur%20penilaian%20formatif%20dkk.htm. Diunduh
pada tanggal 3 Maret 2014.
Herlambang , Yandi.
2012. Jenis-jenis Penilaian dalam
Evaluasi. Tersedia pada yandi-herlambang.blogspot.com. diunduh
pada 7 Maret 2014.
Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan
Aplikasinya. Yogyakarta: Press UIN Sunan Kalijaga
Nurhayati Yayat.
2011. Merancang dan Melaksanakan
Penilaian Formatif. Tersedia pada Http:/penilaian%20formatif.htm. Diunduh
pada tanggal 3 Maret 2014.
Rasih. 2012. Melakukan
Penilaian Sumatif. Tersedia dalam raasih65.blogspot.com. diunduh tanggal 6 Maret 2014.
Sudjana,
Nana. 1990. Penilaian
Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryanto,
Adi. 2012. Evaluasi Pembelajaran di SD. Tangerang : Universitas Terbuka
Widoyoko, Eko
Putro. 2011. Evaluasi Program
Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar