Laman

Selasa, 05 Januari 2016

MODEL-MODEL PENILAIAN



MODEL-MODEL PENILAIAN

A. Model-Model Penilaian dan Hakikatnya
Menurut Sudjana (1989:5) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilain formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.
1.    Penilaian formatif
Peniaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Menurut Arifin (2013:35) hasil penilaian formatif ini bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
a.    Manfaat bagi guru, antara lain:
1)      guru akan mengetahui sejauh mana bahan pelajaran dikuasai oleh peserta didik. Jika guru mengetahui tingkat keberhasilan kelompok peserta didik dalam menguasai materi pelajaran, maka guru dapat membuat keputusan, apakah suatu materi pelajaran itu perlu diulang atau tidak. Jika harus diulang, guru juga harus memikirkan bagaimana strategi pembelajaran pembelajaran yang akan ditempuh, apakah pembelajaran kelompok/kelas, individual atau keduanya
2)      guru dapat memprakirakan hasil penilaian sumatif. Penilaian formatif merupakan penilaian hasil belajar dari kesatuan-kesatuan kecil materi pelajaran, sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian hasil belajar dari keseluruhan materi yang sudah disampaikan. Dengan demikian, beberapa hasil penilaian formatif dapat dipergunakan sebagai bahan untuk memperkirakan penilaian sumatif.
b.    Manfaat bagi peserta didik, antara lain:
1)        dalam belajar berkelanjutan, peserta didik harus mengetahui susunan tingkat bahan-bahan pelajaran. Penilaian formatif dimaksudkan agar peserta didik dapat mengetahui apakah mereka sudah mengetahui susunan tingkat bahan pelajaran tersebut atau belum
2)        melalui penilaian formatif peserta didik akan mengetahui butir-butir soal mana yang sudah betul-betul dikuasai dan butir-butir soal mana yang belum dikuasai. Hal ini merupakan balikan (feed back) yang sangat berguna bagi peserta didik, sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana yang harus dipelajari kembali secara individual.

2.    Penilaian sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses (Sudjana, 1990: 5).
Penilaian sumatif adalah jenis penilaian yang berfungsi untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar siswa. Penilaian sumatif dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar pada akhir unit pendidikan yang luas seperti pada akhir program pengajaran (raasih65.blogspot.com).

3.    Penilaian diagnostik
Penilaian diagnostik yaitu penilain yang dilakukan terhadap hasil penganalisisan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses belajar (yandi-herlambang.blogspot.com). Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus, dan lain-lain. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

4.    Penilaian selektif
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
5.    Penilaian penempatan
Penilaian penempatan  diguankan untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan (Arikunto, 2005).  Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sediri, sehigga pembelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan siswa. Akan tetapi, disebabkan karena keterbatasan sarana, prasarana, dan tenaga, pembelajaran yang bersifat indifidual kadang-kadang sulit untuk dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pembelajaran secara kelompok. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yag sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

B. Tujuan dari Model-model Penilaian dalam Pendidikan
Dalam setiap model penilaian selalu ada tujuan yang akan dicapai dan fungsi dari model penilaian itu dalam pendidikan. Berikut akan diuraikan tujuan dari model-model penilaian dalam pendidikan.
1. Penilaian formatif
Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. soal-soal penilaian formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung pada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pembelajaran yang akan dinilai.
Tujuan utama penilaian formatif menurut Arifin (2013:35) adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Penilaian formatif sesungguhnya merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referended assessment). Apa yang dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai penilaian formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Kiranya lebih tepat jika penilaian pada akhir satuan pelajaran itu dipandang sebagai penilaian sub-sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses pembelajaran, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya.

2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif bertujuan menentukan angka kemajuan belajar siswa, untuk itu tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Perbandingan jumlah yang mudah, sedang dan sukar sebaiknya 3:5:2. Perbandingan tersebut tidak harus mutlak demikian. Dalam masalah tingkat kesukaran soal yang selalu harus diperhatikan ialah, jumlah soal-soal yang sedang harus lebih banyak dari pada jumlah soal-soal yang mudah dan sukar (raasih65.blogspot.com).
Fungsi tes sumatif tidak lagi untuk memperbaiki proses pembelajaran setiap siswa. Sebab pada akhir program pengajaran, guru telah berkali-kali melakukan evaluasi formatif pada akhir satusan pengajaran. Oleh karena itu aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan) dan afektif (sikap nilai).

3. Penilaian Diagnostik
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini juga bertujuan membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang study atau keseluruhan program pembelajaran (yandi-herlambang.blogspot.com).
Penilaian diagnostic berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang study. Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.

4. Penilaian Selektif
Menurut  Arikunto (2005: 10), dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai tujuan antara lain:
a.    Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b.    Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c.    Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d.   Untuk memilih siswa yang sudah berak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

5. Penilaian Penempatan
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa (Sudjana, 1990: 5).

C. Bentuk Penilaian dari Model-Model Penilaian
1. Bentuk Penilaian Formatif
a. Prosedur Penilaian Formatif
Untuk memastikan bahwa penilaian formatif berjalan efektif, maka perlu melakukan prosedur berikut:
1)        Menentukan materi pengajaran
Guru perlu menentukan materi pengajaran yang harus diselesaikan dalam satu tahun akademik. Langkah yang terbaik adalah menyusun materi berdasarkan tingkat kompleksitas. Sebelum beralih ke materi lain, guru perlu mengadakan ujian formatif untuuk menilai penguasaan pelajar atas materi yang telah diajarkan.
2)        Menentukan aspek dan tahap penguasaan
Guru perlu menentukan aspek-aspek tertentu bagi setiap materi pengajaran yang perlu dikuasai pelajar. Setelah aspek-aspek ditentukan, maka guru perlu pula menentukan tingkat penguasaan pelajar terhadap aspek-aspek yang ditentukan itu. Misalnya, apabila 75% hingga 85% pelajar menguasai suatu materi, maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa telah menguasai materi dimaksud.
3)        Mengaitkan komponen-komponen materi pengajaran
Guru perlu menyusun komponen-komponen yang terdapat dalam setiap materi pengajaran berdasarkan taksonomi objektif pengajaran.
4)        Menyusun soal ujian
Penyusun naskah soal ujian berdasarkan materi yang telah diajarkan.
5)   Menyiapkan langkah-langkah tindak lanjut
Ketika siswa masih lemah dalam suatu materi, sebagai tindakan susulan, guru perlu mengulang semua materi, atau mengubah pendekatan pengajaran agar pelajar dapat menguasai materi tersebut.

b.    Teknik Penilaian Formatif
Dalam penilaian formatif terdapat berbagai macam teknik yang dapat digunakan sebagai penilaian formatif. Teknik-teknik tersebut dapat dibagi ke dalam tipe tertulis dan tidak tertulis sebagai berikut.
1)      Tertulis
a)    Ujian
b)   Esai
c)    Portofolio
d)   Penilaian mandiri
2)        Tidak tertulis
a)      Pertanyaan
b)      Observasi
c)      Wawancara
d)     Presentasi

c. Prinsip Penilaian Formatif
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang dan melaksanakan penilaian formatif adalah sebagai berikut:
1)      Komprehensif
2)      Progresif dan terintegrasi dengan baik ke dalam aktivitas di dalam kelas
3)      Sesuai dengan tujuan, outcome kompetensi yang mereka inginkan untuk dinilai.
4)      Jelas, bermanfaat, tidak anbigu.
5)      Objektif.
6)      Konsistensi atas tujuan yang ingin dicapai.
7)      Waktu yang cukup.

d. Karakteristik Penilaian Formatif
1)   Memberikan petunjuk apa yang siswa dan guru harus lakukan pada pertemuan berikutnya untuk menjadi lebih bermakna.
2)   Memberikan masukan bagi guru dan siswa atas kinerja, kekuatan dan kelemahan mereka saat ini sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
3)   Bagian dari integral dari proses belajar mengajar sehari-hari.
4)   Dirancang untuk positif, bermanfaat serta memotivasi guru dan siswa.

2. Bentuk Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir program pengajaran ini berarti, bahan pengajaran yang menjadi sasaran evaluasi cukup luas dan baik. Oleh sebab itu, penyusunan soal-soalnya harus didasarkan atas tujuan-tujuan pembelajaran umum yang ada di dalam program pengajaran. Sehubungan dengan itu soal-soalnya harus representatif atau mewakili setiap tujuan-tujuan pembelajaran umum yang ada di dalam program mengajar tersebut.
Pada penilain sumatif ini perlu pula diperhatikan mengenai daya pembedaan dari setiap bukti soal. Artinya setiap bukti soal tes itu harus mempunyai daya untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang atau tidak pandai. Tingkat kesukaran dan daya pembedaan suatu soal  itu hanya dapat diketahui melalui analisis butir soal setelah tes itu diuji cobakan. Pada penilaian sumatif kedua pendekatan dalam penilaian dapat digunakan (penilaian yang bersumber padaa kriteria mutlak dan penilaian yang bersumber pada norma relatif (raasih65.blogspot.com)

3. Bentuk Penilaian Diagnostik
Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian diagnostic termasuk hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiattan pembelajaran. Waktu pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya (yandi-herlambang.blogspot.com).

4. Bentuk Penilaian Selektif
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses selektif. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka haruslah digunakan alat penilaian yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan dengan risiko yang terendah. Sekolah dapat menggunakan hasil penilaian untuk menyeleksi:
a.    Siswa yang dapat diterima di sekolah maupun yang ditolak.
b.    Siswa yang dapat naik kelas maupun yang tinggal kelas.
c.    Siswa yang dapat memperoleh beasiswa maupun bantuan lainnya.
d.   Siswa yang berhak lulus sekolah, dan sebagainya.
Dilihat dari segi ini acap kali tes seleksi yang dilakukan hanya sekadar untuk memisahkan orang yang akan diterima dari orang yang akan ditolak. Bukan untuik memperoleh calon yang paling besar kemungkinan berhasil dalam pekerjaan atau program yang akan dilakukan.

5. Bentuk Penilaian Penempatan
Penilaian penempatan memegang peranan penting dalam membantu mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuannya. Dengan melaksanakan penilaian penempatan dapat diperoleh kelompok peserta program dengan kemampuan yang relative homogen sehingga program dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Bagi program-program yang kelompok pesertanya mempunyai kemampuan di atas rata-rata sudah tentu akan dapat menghasilkan keluaran lebih cepat dan lebih berkualitas. Tetapi bagi program-program yang kelompok pesertanya mempunyai kemampuan di bawah rata-rata maka penyelenggaraan program perlu menggunakan berbagai macam metode penyampaian serta dapat memilih alat bantu yang tepat sehingga seluruh peserta program tetap dapat mempunyai tujuan program yang telah ditetapkan (Suryanto, 2012).
Menurut Suryanto (2012) secara ringkas, hasil dari penilaian penempatan berguna untuk:
a.         Menggambarkan kompetensi akademik calon peserta didik pada materi  ajar tertentu dan kompetensi atau keterampilan kecakapan hidup yang telah dikuasai.
b.         Menentukan kebutuhan pembelajaran selanjutnya pada materi ajar dan  bidang  keterampilan  tertentu  berdasarkan  kompetensi  akademik  dan kompetensi kecakapan hidup yang sudah dimiliki pada materi ajar yang bersangkutan.







DAFTAR PUSTAKA

Albahanjiey, Suhaimi. 2011. Sumatif dan Formatif. Tersedia pada http:/ :/kelebihan%20dan%20kekurangan%20formatif.htm. Diunduh pada tanggal 3 Maret 2014.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi .2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.

Fuadi Moh Zen. 2011. Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif. Tersedia pada http://prosedur%20penilaian%20formatif%20dkk.htm. Diunduh pada tanggal 3 Maret 2014.

Herlambang , Yandi. 2012. Jenis-jenis Penilaian dalam Evaluasi. Tersedia pada yandi-herlambang.blogspot.com. diunduh pada 7 Maret 2014.

Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Press UIN Sunan Kalijaga

Nurhayati Yayat. 2011. Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif. Tersedia pada Http:/penilaian%20formatif.htm. Diunduh pada tanggal 3 Maret 2014.

Rasih. 2012. Melakukan Penilaian Sumatif. Tersedia dalam raasih65.blogspot.com. diunduh tanggal 6 Maret 2014.

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryanto, Adi. 2012. Evaluasi Pembelajaran di SD. Tangerang : Universitas Terbuka

Widoyoko, Eko Putro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar