KAIDAH-KAIDAH PENULISAN SOAL
1. Kaidah
Penulisan Soal
Menurut Kusaeri, dkk. (2012: 108) ada beberapa
kaidah yang harus diikuti agar soal yang tersusun bermutu. Kaidah-kaidah
tersebut dilihat dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Sudaryono (2012:
123-124) juga menyatakan bahwa dalam penulisan soal pada instrument non tes,
penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan/kaidah penulisannya. Kaidahnya
adalah seperti berikut ini:
1.
Materi
a.
Pernyataan harus
sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b.
Aspek yang
diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi.
2. Konstruksi
a.
Pernyataan
dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.
b.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang tidak relevan, objek yang dipersoalkan atau kalimatnya
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
c.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.
d.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.
e.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan sebagai fakta.
f.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara.
g.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua
responden.
h.
Setiap
pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
i.
Kalimatnya bebas
dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun,
tidak pernah.
j.
Jangan banyak
mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata. Gunakanlah seperlunya.
3. Bahasa budaya
a.
Bahasa soal
harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik atau
responden.
b.
Soal harus
menggunakan bahasa Indonesia baku.
c.
Soal tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
2. Kaidah
Penulisan Jenis-Jenis Soal
Menulis butir soal menurut Dimyati, dkk
(2002: 212), yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator setelah membuat
kisi-kisi soal. Berdasarkan kisi-kisi soal inilah evaluator menulis soal dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a.
Bahasa yang
digunakan sederhana dan mudah dipahami.
b.
Tidak mengandung
penafsiran ganda atau membingungkan.
c.
Petunjuk
pengerjaan butir soal perlu diberikan untuk setiap bentuk soal, walaupun sudah
diberikan petunjuk umum.
d.
Berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal tes hasil belajar.
2.1 Kaidah
Penulisan Soal Benar-Salah
Kaidah
yang harus diperhatikan dalam penulisan soal benar salah menurut (Bloom, 1981:
189-190) dalam Dimyati, dkk
(2002: 13-2214) meliputi:
a. Meyakinkan sepenuhnya bahwa butir soal tersebut dapat
dipastikan benar atau salah.
b. Jangan menulis butir soal yang memindahkan satu
kaliamat secara harfiah dari teks.
c. Jangan menulis butir soal yang memperdayakan.
d. Menghindari pernyataan negatif.
e. Mrnghindari pernyataan berarti ganda.
f. Menggunakan suatu bentuk yang tepat.
g. Menghindari kata-kata kunci, seperti pada umumnya,
semua, dan yang lain.
Menurut Sudjana (2006)
dalam Rasyid (2009: 182) memberikan kaidah yang dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam penulisan soal bentuk benar salah, yaitu:
a)
Hindari
pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang, selalu, umumnya, sering kali,
tidak ada, tidak pernah, dan sejenisnya.
b)
Hindari
pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran.
c)
Hindari
pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih bisa diperdebatkan
kebenarannya.
d)
Hindari
penggunaan pernyataan negatif ganda, misalnya padi tidak tumbuh di tempat yang
beriklim panas.
e)
Usahakan agar
kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang.
f)
Susunlah
pernyatan-pernyataan benar salah secara acak.
2.2 Kaidah
Penulisan Soal Pilihan Ganda
Kaidah yang harus diperhatikan dalam
penulisan soal pilihan ganda menurut (Depdikbud, 1985: 21-28; Bloom, 1981:
196-198) dalam Dimyati, dkk
(2002: 214-215) meliputi:
a. Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus
dirumuskan secara jelas.
b. Perumusan
pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan
saja.
c. Untuk satu
soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
d. Pada pokok
soal (stem) sedapat mungkin
dihindarkan perumusan pernyataan yang bersifat negatif.
e. Alternatif
jawaban (option) sebaiknya logis dan
pengecoh harus berfungsi (menarik).
f. Diusahakan
agar tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar.
g. Diusahakan
agar mencegah penggunaan pilihan jawaban yang terakhir berbunyi ”semua pilihan
di atas benar” atau “semua jawaban di atas salah”.
h. Diusahakan
agar pilihan jawaban homogen, baik dari segi isi maupun panjang pendeknya pertanyaan.
i. Apabila
pilihan jawaban berbentuk angka, susunlah secara berurutan mulai angka yang
terkecil di atas dan yang terbesar di bawah.
j.
Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan
ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti seringkali,
kadang-kadang, pada umumnya, dan yang sejenis.
k.
Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak
bergantung dari jawaban butir soal yang lain.
l.
Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar
(kunci jawaban) letaknya tersebar diantara a, b, c, dan atau yang lain
ditentukan secara acak, sehingga tidak terjadi pola jawaban tertentu.
2.3 Kaidah
Penulisan Soal Menjodohkan
Kaidah penulisan soal menjodohkan
menurut (Bloom, 1981: 191) dalam Dimyati,
dkk (2002: 215) meliputi:
a.
Meyakinkan bahwa antara premis dan pilihan yang
dijodohkan keduanya homogen.
b.
Menggunakan bentuk yang cocok.
c.
Dasar untuk menjodohkan setiap premis dan pilihan
dibuat secara jelas.
Kaidah
penulisan soal menjodohkan menurut Kusaeri, dkk. (2012: 128-129) antara lain:
a) tulislah seluruh pernyataan dalam lajur sebelah kiri sejenis dan pertanyaan
dalam lajur sebelah kanan juga sejenis.Dengan kata lain, pernyataan dalam lajur
sebelah kiri isinya homogen, demikian juga pernyataan dalam lajur sebelah kanan
isinya juga harus homogen, b) tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari
pernyataan soal. Hal ini penting untuk memperkecil probabilitas peserta tes
menjawab soal secara menebak dengan benar. Sebagai contoh, pernyataan jawaban
yang ada di lajur sebelah kanan sebanyak lima butir, sedangkan pernyataan soal
yang ada di lajur sebelah kiri sebanya empat butir, c) susunlah jawaban yang
berbentuk angka secara berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Apabila
alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun terjadinya peristiwa maka
susunlah tanggal dan tahun tersebut berurutan secara kronologis seperti dalam
penulisan soal pilihan ganda, dan d) tulislah petunjuk mengerjakan tes yang
jelas dan mudah dipahami oleh peserta tes. Oleh karena itu, dalam perumusan
kalimat dan penggunaan kosa kata perlu memperhatikan perkembangan kemampuan
bahasa peserta tes.
2.4 Kaidah
Penulisan Soal Melengkapi
Kaidah penulisan soal melengkapi menurut
(Bloom, 1981: 188-189) dalam Dimyati,
dkk (2002: 215) meliputi:
a. Meyakinkan bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata
atau penggalan kalimat yang lebih mudah atau khusus, dan hanya ada satu jawaban
yang benar.
b. Menggunakan bentuk yang cocok.
c. Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi.
d. Menghindari pemberian petunjuk ke arah jawaban yang
benar.
e. Menunjukkan bagaimana seharusnya jawaban yang benar.
2.5 Kaidah
Penulisan Soal Esai
Pedoman Penulisan soal bentuk esai menurut Penilaian Tingkat Kelas Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2003 (hafizulahda.files.wordpress.com), seperti berikut:
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan diberi batasan
jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai
dengan tujuan yang akan di ukur.
d. Materi yang ditanyakan harus
sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang
menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal.
c. Setiap soal
harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar,
grafik, peta atau sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus
komunikatif.
b. Menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar atau baku.
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak mempergunakan bahasa yang
berlaku setempat.
e. Tidak
mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan siswa.
Kaidah
yang harus diperhatikan dalam penulisan esai menurut Bloom (1981: 185-186)
dalam Dimyati, dkk (2002: 215) meliput:
a.
Meyakinkan bahwa pertanyaan telah terarah.
b.
Jangan memberikan izin atau memerintah peserta ujian
untuk memilih diantara beberapa pertanyaan esai yang akan mereka jawab.
c.
Terlebih dahulu memutuskan cara memberikan skor pada
pertanyaan esai.
3. Contoh
Jenis-Jenis Penulisan Soal
3.1 Contoh
Bentuk Soal Benar-Salah
Contoh soal yang kurang baik dan lebih baik menurut
Kusaeri, dkk. (2012: 123) sebagai berikut:
Contoh soal yang
kurang baik:
B – S Unsur yang terpenting dari organisasi
Negara adalah rakyat.
Penjelasan: Penggunaan kata terpenting dalam kalimat
butir soal tersebut dapat menimbulkan kesan yang membingungkan peserta tes.
Terpenting menurut siapa? Apakah dapat terwujud suatu Negara apabila ada
rakyat, namun salah satu unsur lain, misalnya wilayah atau pemerintah yang
berdaulatan tidak ada? Oleh karena itu, rumusan butir soal tersebut dapat
diperbaharui.
Contoh soal yang
baik:
B – S Salah satu unsur Negara adalah rakyat.
Kunci: B
3.2 Contoh Bentuk Soal Pilihan Ganda
Contoh soal menurut Kusaeri, dkk. (2012:
110-111) seperti berikut: Pak Irfan membuka usaha perikanan darat yang
dilakukan di sebuah kolam. Ekosistem kolam tersebut di dalamnya terdapat
populasi ikan (seperti bawal, gabus, gurame, dan nila), katak, serangga,
bangau, ulat, teratai, enceng gondok, dan ganggang, berada di dekat sawah yang
sering disemprot dengan insektisida. Secara terus menerus sia-sia insektisida
ini terbawa aliran air dan masuk ke dalam air.
Indikator: Siswa dapat
memprediksi keadaan populasi dalam ekosistem kolam setelah jangka waktu yang
lama, berdasarkan ilustrasi yang diberikan.
Contoh soal yang kurang
baik:
1. Manakah di antara hewan-hewan berikut yang paling
terpengaruh oleh insektisida?
a.
Ikan
b.
Ular
c.
Katak
d.
Serangga
Penjelasan: Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa kemampuan
yang ingin diukur dalam indikator adalah memprediksi keadaan populasi dalam
ekosistem kolam setelah jangka waktu yang lama, sedangkan soal menanyakan
tentang hewan yang terpengaruh oleh adanya insektisida. Rumusan pokok soal ini
sesuai dengan indikator.
Contoh soal yang lebih baik:
1.
Apa yang akan terjadi dengan populasi dalam ekosistem
kolam pak Irfan dalam jangka waktu yang lama?
a.
Populasi ikan langsung mati karena mereka memakan
insektisida.
b.
Populasi eceng gondok akan meledak karena insektisida
merupakan pupuk bagi tumbuhan tersebut.
c.
Populasi ikan akan berkurang karena mereka memangsa
plankton yang mengandung insektisida.
d.
Semua populasi yang terdapat dalam kolam akan mati.
Kunci: D
3.3 Contoh Soal Bentuk Menjodohkan
Contoh
soal yang kurang baik dan lebih baik menurut Kusaeri, dkk. (2012: 129-130)
seperti berikut:
Petunjuk: Kerjakan soal berikut dengan cara memasangkan secara tepat
antara pernyataan yang terdapat dalam jalur sebelah kiri dengan pernyataan yang
terdapat dalam jalur kanan. Tulislah huruf pasangan yang tepat bagi setiap
nomor soal dalam lembar jawaban yang disediakan.
Contoh soal yang kurang baik:
1.
Tahun
Sarekat Dagang Islam terbentuk
|
a.
1939
|
2.
Tempat
partai Nasional Indonesia terbentuk
|
b.
Dr.
Sutomo
|
3.
Pemimpin
Partai Indonesia Raya
|
c.
Bandung
|
4.
Pemimpin
Perhimpunan Indonesia
|
d.
1909
|
5.
Kapan
Gabungan Politik Indonesia terbentuk
|
e.
Jakarta
|
f.
Drs. Moh.
Hatta
|
Kunci:
1. d
2. c
3. b
4. f
5. a
Penjelasan: Rumusan butir
soal tersebut kurang baik karena pernyataan pada jalur kiri dan jalur kanan
tidak sejenis sehingga alternative jawaban yang ada tidak berfungsi untuk
seluruh pertanyaan. Ruang lingkup pertanyaan meliputi pergerakan nasional,
namun pertanyaan kurang homogeny sehingga siswa hanya menvari padanan yang
tepat, tahun atau pemimpin.
Contoh soal yang
lebih baik:
1. Pemimpin Sarekat Dagang Islam
|
a.
Moh.
Husni Thamrin
|
2. Pemimpin partai Nasional Indonesia
|
b.
Dr.
Sutomo
|
3. Pemimpin Partai Indonesia Raya
|
c.
Ir.
Soekarno
|
4.
Pemimpin
Perhimpunan Indonesia
|
d.
RM
Tirtoadisuryo
|
5.
Pemimpin
Gabungan Politik Indonesia
|
e.
Danudirja
Setiabudi
|
f.
Drs. Moh.
Hatta
|
Kunci:
1. d
2. c
3. b
4. f
5. a
3.4 Contoh Soal Bentuk Melengkapi
Menurut Burhan (2012: 135) Tes isian
melengkapi atau menyempurnakan merupakan suatu bentuk tes objektif yang terdiri
dari pernyataan-pernyataan yang sengaja dihilangkan yang sengaja dihilangkan
sebagian unsurnya, atau yang sengaja dibuat tidak lengkap. Contoh soal melengkapi
sebagai berikut:
·
Tokoh dalam
cerita fiksi yang hanya ditampilkan dengan karakter yang tidak pernah berubah
dari awal hingga khir cerita disebut tokoh (1)…, sedang tokoh yang karakternya
bervariasi dan sering ada kejutan-kejutan disebut tokoh (2) …, Dilihat dari
segi alur, alur fiksi yang dimulai urut dari tahap awal, pertikaian, dan
pelaraian disebut alur (3) …, sedang alur yang dimulai dengan cerita masa
kini dan kemudian ke masa lalu disebut
alur (4) … dan seterusnya.
3.5 Contoh Soal Bentuk Esai
Contoh
soal Esai yang kurang baik dan lebih baik menurut Kusaeri, dkk. (2012: 144) seperti
berikut:
Contoh soal yang kurang baik: 1. Buatlah karangan
dengan topik “Meningkatkan minat baca siswa”
Penjelasan: Contoh soal di atas kurang baik karena
panjang karangan tidak dibatasi dan apa yang dinilai dari karangan siswa tidak
diberitahukan.
Contoh soal yang lebih baik: 1. Buatlah karangan
dengan topik “Meningkatkan minat baca siswa,” sebanyak kurang lebih 150 kata.
Perhatikan ejaan, tanda baca, struktur kalimat, dan hubungan/keterkaitan
(koherensi) antarkaliamat.
4. Kelebihan
Dan Keterbatasan Masing-Masing Jenis Soal
4.1 Kelebihan
Dan Keterbatasan Soal Benar-Salah
Menurut Kusaeri, dkk. (2012: 123) soal benar-salah
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a) dapat mengukur berbagai jenjang
kognitif, b) dapat mencakup lingkup materi yang luas, dan c) dapat diskor
dengan mudah, cepat, dan objektif.
Menurut Kusaeri, dkk. (2012: 123) soal benar-salah
memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: a) probabilitas menebak dengan
benar adalah besar, yaitu 50% karena pilihan jawabannya hanya dua, yaitu benar
dan salah atau ya dan tidak, b) bentuk soal ini tidak dapat digunakan untuk
menanyakan sesuatu konsep secara utuh karena peserta tes hanya dituntut
menjawab benar dan salah atau ya dan tidak, c) apabila jumlah butir soalnya
sedikit, indeks daya pembeda butir soal cenderung rendah, dan d) apabila ragu
atau kurang memahami pernyataan soal, peserta tes cenderung memilih jawaban
benar.
4.2 Kelebihan
Dan Keterbatasan Soal Pilihan Ganda
Menurut Kusaeri, dkk. (2012:
108) soal pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a) mampu
mengukur berbagai tingkatan kognitif (dari ingatan sampai evaluasi), b)
penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan
atau materi yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang
pendidikan, dan c) lebih tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau
massal, tetapi hasilnya harus segera diumumkan, seperti ulangan akhis semester,
ulangan kenaikan kelas, dan ujian akhir sekolah.
Menurut Kusaeri, dkk. (2012:
108) soal pilihan ganda memiliki beberapa keterbatasan diantaranya: a)
memerlukan waktu yang relative lama untuk menulis soalnya, b) sulit membuat
pengecoh yang homogeny dan berfungsi dengan baik, dan c) terdapat peluang untuk
menebak jawaban.
4.3 Kelebihan
Dan Keterbatasan Soal Menjodohkan
Menurut Kusaeri, dkk. (2012: 128) soal
menjodohkan memiliki beberapa kelebihan diantaranya: a) relatif lebih mudah
dalam perumusan butir soal, terutama jika dibandingkan dengan soal pilihan
ganda, b) ringkas dan ekonomis dilihat dari segi rumusan butir soal dan dari
segi memberikan jawaban, dan c) dapat dilakukan penskoran dengan mudah, cepat
dan objektif.
Menurut Kusaeri, dkk. (2012: 128) soal
menjodohkan memiliki beberapa keterbatasan diantaranya: a) cenderung mengukur
kemampuan mengingat sehingga kurang tepat digunakan untuk mengukukur kognitif
yang lebih tinggi, dan b) kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi
karena jumlah pernyataan soal (pada lajur sebelah kiri) dengan pernyataan
jawaban (pada lajur sebelah kanan) lebih banyak berbeda.
4.4 Kelebihan
Dan Keterbatasan Soal Melengkapi
Menurut (http://herielibeau.wordpress.com) soal melengkapi
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a) mudah dikonstruksi karena soal ini
hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana yaitu yang bersifat ingatan, b) dapat digunakan untuk menilai bahan
pelajaran yang banyak atau scope yang luas, c) dapat diskor secara cepat dan
objektif, d) kecil kemungkinan siswa memberi
jawaban dengan singkat dan tepat.
Menurut (http://herielibeau.wordpress.com) kelemahan soal melengkapi
diantaranya: a) tidak dapat mengukur hasil belajar
yang kompleks karena hanya menghasilkan respon yang singkat dan sederhana, b) memerlukan waktu yang agak lama untuk
menskornya meskipun tidak selama tes uraian, c) menyulitkan pemeriksa apabila jawaban
siswa membingungkan, d) kurang ekonomis karena memerlukan kertas (biaya) yang banyak jika
dibandingkan dengan tes uraian.
4.5 Kelebihan
Dan Keterbatasan Soal Esai
Menurut Rasyid, dkk. (2009: 189) soal esai
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a) dapat mengukur proses mental yang
tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi, b) dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa, c) dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau
penalaran, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis, d) mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah (problem
solving), e) adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya
sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat
proses berpikir siswa.
Menurut Rasyid, dkk. (2009: 189-199)
soal esai memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: a) sampel tes sangat
terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang
telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menyanyakan banyak
hal melalui sejumlah pertanyaan, b) sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan,
dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memaksanya. Guru bisa saja bertanya
tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang
dikehendakinya, c) tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang
jumlah siswanya relatif besar.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati.
Dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kusaeri,
dkk. 2012. Pengukuran dan Penilaian
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian
Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Rasyid,
dkk. 2002. Penilaian Hasil Belajar.
Bandung: CV Wacana Prima.
Sudaryono.
2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Semiyanto. 2011. Kaidah penulisan
soal bentuk pilihan ganda dan uraian. Tersedia pada http://hafizulahda.files.wordpress.com. Diposting pada tangga 6 Maret
2013.
Herielibeau. 2011. Bentuk-Bentuk-Tes. Tersedia pada http://.wordpress.com. Diposting pada tangga 6 Maret
2013.
Alhamdulillah....sungguh membantu.
BalasHapusSangat membantu:)
BalasHapus